KEPAHITAN HATI

Selasa, 20 April 2010 0 comments
“ Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal didalam dirinya. “ I Yohanes 3:14

Tidak ada satu manusia di muka bumi ini yang hidup nya tanpa mempunyai masa lalu. Ada manusia yang memiliki masa lalu yang begitu membahagiakan namun tak jarang juga banyak yang memiliki masa lalu yang kelam, yang akhirnya tanpa disadari terbawa sampai kekehidupan masa tua sesorang.

Seperti yang terjadi dalam kehidupan masa kecil saya,  saya terlahir ditengah-tengah keluarga Kristen, namun Papa saya tidak pernah ke gereja. Kami bersaudara ada 4 orang dan saya anak ke 2. Masa kecil adalah masa yang sebenarnya begitu menyenangkan, tanpa beban yang ada hanya canda tawa, namun tidak berlaku dalam kehidupan saya. Kami sejak kecil sudah mengalami kekerasan dalam Rumah Tangga, dan itu terjadi setiap hari. Papa saya mempunyai wanita simpanan dan tidak menafkahi kami dan memilih untuk meninggalkan kami di saat kami membutuhkan figure seorang papa. Mama sendiri menghabiskan waktunya selama 2 tahun dengan obat tidur, jadi kami hanya diurus oleh pembantu. Untungnya Ibu Gembala kami tidak pernah absen untuk datang ke rumah menengok kami dan sekaligus mendoakan mama kami.
Tanpa kita sadari apa yang terjadi dalam hidup kita turut berperan membentuk karakter atau pribadi kita. Dan saya pun merasakan hal yang sama, saya jadi terbentuk dengan pribadi yang tertutup dan begitu sangat membenci Papa saya.  Sampai suatu ketika Tuhan ijinkan kami mengalami kejadian yang begitu luar biasa sampai papa di tahan di kantor Polisi, disaat inilah kami sekeluarga setiap hari kami berkumpul dan berdooa Dan saya mendapatkan teguran Tuhan melalui Bapak Gembala yang dating membesuk kami, Beliau menasehatkan saya agar saya belajar untuk mengampuni Papa dan tidak membencinya lagi.  Rasanya kayak di tampar saja, bagaimana kita bisa memaafkan kalau kita sudah terluka?

Saat saya kuliah teguran ke-2  datang lagi, melalui KKR di Gereja yang khotbah nya agar kita meminta Tuhan untuk melepaskan segala kepahitan dalam hati kita. Saya langsung teringat dengan nasehat Bapak Gembala, dan saya menangis  karena sampai saat itu saya belum bisa memaafkan Papa . Teguran ke 3 datang di saat saya menghadapi acara wisuda saya sendiri, dan kali ini membuat saya benar-benar tersungkur berlutut dan memohon ampun . Sejak saat itu saya benar-benar bisa menerima apa yang terjadi dalam hidup saya dan memaafkan papa saya.
Dan ternyata dampak yang terjadi dalam hidup saya yaitu kalau sebelumnya saya sangat membenci papa bahkan semua laki-laki, sejak itu saya sudah bisa membuka diri dan berteman dengan teman laki-laki saya. Sayapun belajar untuk mengatasi trauma yang ada sehingga segala kepahitan dalam hati hilang semuanya.
Penting sekali bagi kita untuk mengatasi emosi negative dengan kasih. Jika Tuhan ijinkan persoalan terjadi dalam kehidupan kita, janganlah kita merasa bahwa Tuhan tidak sayang dengan kita tetapi ucapkanlah syukur karena semuanya adalah proses yang Allah rencanakan untuk membentuk kehidupan kita untuk menjadi lebih dewasa, matang di dalam Tuhan. Tuhan ingin kita membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan segala jenis kejahatan. Sebaliknya kita harus hidup ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. Untuk itu kita perlu berdoa meminta pertolongan Roh Kudus agar hati kita dilembutkan dan menjadi alat kasih-Nya.
Semoga melalui kesaksian yang singkat ini dapat bermanfaat bagi pertumbuhan iman kita sekalian.


Doa :
Bapa, kami mengucap syukur karena atas rencana dan kehendakMu  kami terlahir dan terbentuk di tengah-tengah keluarga yang sedang Engkau pakai dalam proses mendewasakan iman dan pengharapan kami kepadaMu. Kami bangga bahwa Engkau tidak pernah sedikitpun melepaskan kami, ubahkan kami, bentuk kami sesuai dengan firmanMu . Pakai kami Bapa untuk kemuliaan namaMu.

______________
Kesaksian ini dikirim oleh seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya.
share this with your Friends.

0 comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Renungan Harian Kristen | TNB